PENGUBURAN SUKU DAYAK
Setelah
seseorang dari suku Dayak Maanyan dinyatakan meninggal maka
dibunyikanlah gong beberapa kali sebagai pertanda ada salah satu anggota
masyarakat yang meninggal. Segera setelah itu penduduk setempat
berdatangan ke rumah keluarga yang meninggal sambil membawa sumbangan
berupa keperluan untuk penyelenggaraan upacara seperti babi, ayam,
beras, uang, kelapa, dan lain-lain yang dalam bahasa Dayak Maanyan
disebut nindrai.
Beberapa orang laki-laki pergi ke dalam hutan untuk mencari kayu bakar dan menebang pohon hiyuput (pohon
khusus yang lembut) untuk dibuat peti mati. Kayu yang utuh itu
dilubangi dengan beliung atau kapak yang dirancang menyerupai perahu
tetapi memakai memakai tutup. Di peti inilah mayat nantinya akan
dibaringkan telentang, peti mati ini dinamakan rarung.
Seseorang
yang dinyatakan meninggal dunia mayatnya dimandikan sampai bersih,
kemudian diberi pakaian serapi mungkin. Mayat tersebut dibaringkan lurus
di atas tikar bamban yang diatasnya dikencangkan kain lalangit. Tepat
di ujung kepala dan ujung kaki dinyalakan lampu tembok atau lilin.
Kemudian sanak famili yang meninggal berkumpul menghadapi mayat,
selanjutnya diadakan pengambilan ujung rambut, ujung kuku, ujung alis,
ujung bulu mata, dan ujung pakaian si mati yang dikumpulkan menjadi satu
dimasukkan ke sebuah tempat bernama cupu. Semua perangkat itu dinamakan
rapu yang pada waktu penguburan si mati nanti diletakkan di atas permukaan kubur dengan kedalaman kurang lebih setengah meter.
Tepat tengah malam pukul 24.00 mayat dimasukkan ke dalam rarung sambil dibunyikan gong berkali-kali yang istilahnya nyolok. Pada waktu itu akan hadir wadian, pasambe, damang, pengulu adat, kepala desa, mantir dan sanak keluarga lainnya untuk menghadapi pemasukan mayat ke dalam rarung.
Pasambe
bertugas menyiapkan semua keperluan dan perbekalan serta peralatan bagi
si mati yang nantinya disertakan bersamanya ke dalam kuburan. Sedangkan
Wadian bertugas menuturkan semua nasihat dan petunjuk agar amirue
(roh/arwah) si mati tidak sesat di perjalanan dan bisa sampai di dunia
baru. Wadian di sini juga bertugas memberi makan si mati dengan makanan
yang telah disediakan disertai dengan sirih kinangan, tembakau dan
lain-lain.
Jika
penuturan wadian telah selesai tibalah saatnya orang berangkat mengantar
peti mati ke kuburan. Pada saat itu sanak keluarganya menangisi
keberangkatan sebagai cinta kasih sayang kepada si mati. Menunjukkan
ketidakinginan untuk berpisah tetapi apa daya tatau matei telah sampai
dan rasa haru mengingat semua perbuatan dan budi baik si mati selagi
berada di dunia fana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar